Alert

Thursday, June 14, 2012

Perang Di Luar Angkasa

Perang Di Luar Angkasa

Ini bukan seperti perang bintang yang digambarkan dalam film legendaris
Star Wars. Perang ini terjadi di luar angkasa dalam upaya mencegah terjadinya
perang di bumi ini. Bagaimana caranya? Seperti apa perang yang terjadi di luar
angkasa ini? Perang ini adalah Perang Teknologi!
Ada beberapa teknologi canggih yang menjadi senjata utama perang ini.
Laser kimia, particle beams, dan pesawat luar angkasa khusus militer. Yuk kita
lihat satu per satu kecanggihan senjata rahasia ini.
Laser kimia merupakan senjata yang memanfaatkan sinar laser yang
dihasilkan dari pencampuran beberapa bahan kimia. Bahan kimia yang digunakan
bisa bermacam-macam. Yang saat ini menjadi favorit para peneliti adalah
Hidrogen Fluorida (HF), Deuterium Fluorida (DF), dan Chemical Oxygen Iodine
Laser (COIL).
Konsep LASER (Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation)
melibatkan elektron yang tereksitasi. Apa artinya elektron yang tereksitasi?
Seperti kita tahu, elektron-elektron dalam sebuah atom selalu mengorbit pada
jarak-jarak tertentu. Setiap orbitnya memiliki tingkat energi yang berbeda-beda.
Jadi, kalau kita memberikan energi tambahan pada atom tertentu, elektron yang
mendapat tambahan energi ini bisa melompat ke tingkat energi yang lebih tinggi.
Inilah yang disebut keadaan tereksitasi. Elektron yang tereksitasi ini bagaikan
elektron nyasar sehingga elektron ini tidak stabil di tempatnya yang baru. Elektron
ini akan terus berusaha untuk kembali ke tempatnya semula. Saat elektron yang
tereksitasi itu ‘pulang’ ke orbitnya semula, energi tambahan tadi dilepaskan dalam
bentuk foton. Foton adalah energi cahaya dengan panjang gelombang tertentu,
yang sesuai dengan tingkat energinya. Cahaya laser ini bersifat monokromatik
(hanya memiliki satu panjang gelombang yang spesifik), koheren (pada frekuensi
yang sama), dan menuju satu arah yang sama sehingga cahayanya menjadi sangat
kuat, terkonsentrasi, dan terkoordinir dengan baik.
Pada laser HF, atom fluor bereaksi dengan molekul hidrogen sehingga
membentuk molekul hidrogen fluorida yang berada dalam keadaan tereksitasi.
Reaksi ini menghasilkan gelombang pada panjang gelombang sekitar 2,7-2,9
mikron. Dengan panjang gelombang ini, gelombang yang terbentuk tidak bisa
menembus atmosfer bumi sehingga hanya digunakan untuk senjata di luar
angkasa saja. Pada laser DF, molekul yang digunakan untuk bereaksi dengan atom
fluor adalah deuterium. Panjang gelombangnya lebih besar dari laser HF (sekitar
3,5 mikron) karena deuterium memiliki massa lebih besar dari hidrogen. Pada
sistem COIL, klor direaksikan dengan hidrogen peroksida. Ini menyebabkan
tereksitasinya atom-atom oksigen, yang kemudian mentransfer energinya ke atomatom
yodium (iodine). Energi tambahan ini menyebabkan tereksitasinya atomatom
yodium sehingga menghasilkan laser dengan panjang gelombang sekitar 1,3
mikron.

Bagaimana senjata laser kimia ini digunakan dalam perang di luar
angkasa? Coba kita bayangkan ilustrasi ini. Ada dua negara yang sedang
bermusuhan sehingga berusaha untuk saling menjatuhkan. Salah satu negara yang
sudah memiliki teknologi yang sangat maju menembakkan rudal yang diprogram
untuk menabrak negara musuhnya itu. Karena negara itu letaknya sangat jauh,
rudal itu harus ditembakkan pada sudut yang cukup tinggi sehingga mencapai
ketinggian yang cukup untuk dapat mencapai targetnya. Tetapi ternyata negara
musuhnya itu juga sudah memiliki teknologi yang sangat canggih. Mereka bisa
mendeteksi adanya rudal yang ditembakkan dan mengarah ke negaranya. Mereka
langsung mengambil tindakan untuk menghindari tabrakan rudal yang bisa
menghancurkan negara mereka itu. Mereka memiliki persenjataan di luar angkasa.
Ada satelit yang sudah dilengkapi dengan laser kimia milik mereka. Saat rudal itu
mencapai ketinggian maksimalnya, laser kimia langsung ditembakkan sehingga
menghancurkan rudal sebelum mencapai targetnya (Gambar 1). Karena sudah
hancur di ketinggian tersebut, rudal itu tidak lagi berbahaya sehingga kedua
negara tadi terhindar dari perang yang menyeramkan.
Nah, inilah fungsi utama dari perang teknologi ini. Dengan adanya
teknologi yang canggih ini, perang yang sebenarnya di bumi dapat dihindari.
Tetapi ada sedikit kelemahan senjata laser kimia ini. Karena laser kimia ini harus
diletakkan di satelit yang sedang mengorbit di luar angkasa, proses menembak
rudal yang sedang meluncur cepat bukan merupakan proses yang mudah. Justru
proses ini sangat susah karena satelit yang membawa senjata laser ini tidak dalam
keadaan diam. Satelit yang sedang mengorbit selalu bergerak sepanjang orbitnya
sehingga posisinya selalu berpindah-pindah. Ini sangat menyulitkan proses
menembak target yang juga bergerak pada kecepatan tinggi. Untuk itu diperlukan
particle beams.
Particle beams merupakan senjata yang bisa menembakkan partikelpartikel
subatomik (dengan cara mempercepat elektron dan proton, atau atomatom
hidrogen) pada kecepatan yang sangat tinggi, bahkan mendekati kecepatan
cahaya. Karena kecepatannya mendekati kecepatan cahaya, target yang sedang
meluncur cepat pun dapat ditembak dengan cukup mudah. Senjata ini pun dapat
menghasilkan energi yang jauh lebih besar dari senjata laser sehingga dapat dapat
menghancurkan targetnya dengan lebih sempurna.
Senjata yang berikutnya adalah pesawat luar angkasa yang khusus
dirancang untuk keperluan militer. Model yang digunakan untuk pesawat ini
adalah desain pesawat X-33 yang kecil dan lincah.
Ada satu hambatan yang dihadapi para peneliti yang sedang berusaha
mengembangkan teknologi canggih yang bisa melindungi bumi dari peperangan
ini. Senjata-senjata yang dikembangkan ini dimaksudkan untuk penggunaan di
luar angkasa. Karena itu, kita membutuhkan sumber tenaga yang terletak di luar
angkasa. Kita semua tahu betapa mahalnya mengirimkan dan mengorbitkan
sesuatu ke luar angkasa. Semakin berat semakin besar pula biaya yang
dibutuhkan. Karena itu, kita memerlukan suatu bahan yang ringan yang dapat
dikirim ke luar angkasa sebagai stasiun penghasil energi. Bahan yang ringan ini
harus cukup kuat untuk menjadi sumber tenaga di luar angkasa. Bahan lightweight
inilah yang sedang gencar dikembangkan dalam berbagai penelitian
nanoteknologi.
Nanoteknologi merupakan teknologi yang mengutak-atik atom-atom dan
molekul-molekul dalam ukuran nano (1 nanometer = 1/1.000.000.000 meter).
Dengan nanoteknologi, kita nantinya bisa menyusun atom-atom atau molekulmolekul
supaya berbaris sesuai dengan keinginan kita, tanpa ada satu pun atom
atau molekul yang ‘nyasar’ atau berada di tempat yang salah. Ketepatan inilah
yang menyebabkan tingginya kualitas materi-materi yang didesain pada skala
nano (nanoscale designed materials). Materi-materi berkualitas tinggi ini sering
disebut smart materials karena biasanya dirancang khusus untuk keperluan
tertentu. Materi yang dibutuhkan untuk sumber tenaga di luar angkasa merupakan
salah satu smart material yang dirancang khusus sehingga materi ini dapat
bertahan pada kondisi lingkungan di luar angkasa yang sangat berbeda dengan
kondisi atmosfer bumi. Materi yang hebat ini dapat dibuat sangat tipis karena
tidak ada atom atau molekul pengotor yang ‘nyasar’ seperti halnya pada berbagai
materi yang dihasilkan oleh teknologi makro. Karena tipis (mungkin hanya satu
lapis atom saja) materi ini pun menjadi sangat ringan. Ringan tetapi kuat dan
hebat!
Inilah perang di masa depan. Bukan perang yang menyebabkan jatuhnya
banyak korban jiwa, tetapi perang teknologi yang menuntut kita untuk selalu lebih
pintar dari ‘musuh’ kita.

No comments: